Kisah ini saya tulis karena kegelisahan saya dengan sikap orang-orang saat ini yang hanya bisa mengkritik tanpa mau berkaca diri. Sekalipun berkaca, kaca yang digunakan pun bukan kaca sungguhan, melainkan '' kaca kepura-puraan''.
Kita tahu, manusia itu beragam sekali sifatnya. Ada yang bersifat A, B, C, dll atau bahkan tidak cukup variabel yang ada di dunia ini untuk menggambarkan sifat manusia.
''Hasibuu Anfusakum qobla an tuhasabu''
Begitulah sedikit penggalan ayat Quran yang bermakna '' hisablah (hitung/introspeksi) dirimu dahulu sebelum menghisab orang lain ''. Ayat ini jelas sekali mengatakan bahwa kita tidak boleh sembarangan mengkritik orang lain. Karena belum tentu orang yang kita kritik itu lebih buruk daripada kita.
Etika mengkritik pun mesti tulus, tanpa kepura-puraan atau diboncengi kepentingan lain.
Kadang,, memang mudah untuk berbicara daripada mendengar. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan 2 telinga dan 1 mulut, mungkin Tuhan menginginkan kita sebagai manusia untuk lebih banyak mendengar daripada banyak bicara.
Ada pepatah arab mengatakan '' keselamatan manusia terletak dalam kemampuannya untuk menjaga lisannya ''
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk saya sendiri.
Wassalam...
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Introspeksi tulus atau pura-pura? "
Post a Comment